Minggu, 16 Oktober 2016

Petualangan ke Kawah Ijen - The Traveler Couple

Kalau disuruh pilih antara traveling ke pantai atau ke gunung, jelas gw akan lebih pilih pantai. Tapi gw juga ga mau memberikan batasan traveling ke diri gw sendiri. Mencoba hal baru memang perlu supaya bisa memaknai hidup lebih jauh lagi.

Ini bukanlah jalan-jalan pertama kali gw ke gunung. Sebelumnya gw udah pernah menyambangi bromo. Untuk cerita ke bromo mungkin nanti gw akan buat tulisan tersendiri.

Karena sebelumnya sudah pernah nyoba naik gunung, maka setidaknya gw tau gambarannya kurang lebih akan seperti apa dan bagaimana persiapannya. Walaupun yang akan gw daki ini bukanlah gunung2 tertinggi di Indonesia, tapi tetap saja ga boleh meremehkan alam.

Pertama kenapa pilih kawah ijen?? Simply karena diajakin sama sepupu2 dan adik ipar, plus emang butuh refreshing. Sebelumnya bahkan gw belum browsing2 apa sih kawah ijen itu, gw cuma pernah denger2 "itu lho kawah yang ada blue fire nya".

Sebenernya rencana untuk ke ijen ini udah dari jauh2 hari, cuma kayak masih pada males ngurusin dan cari2 tau tentang akomodasi dan sebagainya.

Akhirnya pas udah mau deket deadline baru deh dibuat grup whatsapp supaya komunikasi ngomongin rencananya berjalan dengan lancar.

Oh iya kawah ijen itu sendiri merupakan sebuah danau kawah yang bersifat asam yang berada di puncak gunung ijen. Kemungkinan asam nya ini berasal dari belerang, karena di sana banyak tambang belerangnya.

Puncak Gunung Ijen sendiri mempunyai ketinggian 2.443 mdpl dengan kedalaman danau 200 meter dan luas kawah mencapai 5.466 hektar. Kenapa gw tau informasi ini??? Karena gw baca wikipedia hahahahaha (ketawan deh :p). Letak kawah ijen berada di kabupaten bondowoso, banyuwangi, jawa timur.

Akhirnya saat grup WA sudah ramai dan panas membicarakan rencana perjalanan ke kawah ijen, gw juga coba research sendiri bagaimana sih kira2 kondisi di sana, waktu perjalanan yang pas, dan suhu udara atau jarak perjalanannya.

Banyak blog yang sharing pengalaman ke ijen bahkan sampai detil ke harga, jarak dan waktu perjalanan dan itu sangat membantu gw untuk menemukan gambaran rencana perjalanan gw sendiri.

Okee, rencana perjalanan sudah siap, mari kita eksekusi. Browsing2 dan banding2in harga tiket. Berhubung gw kangen banget naik kereta eksekutif karena masa kecil gw sering menggunakan kereta eksekutif kalau mau mudik jd rasa2nya gw pengen nyoba lagi naik kereta eksekutif dari gambir menuju pasar turi.

Alhamdulillah gayung bersambut, suami mau nemenin naik kereta eksekutif walaupun harga tiketnya ga jauh beda sama pesawat hahaha.

Langsung lah kami beli 2 tiket kereta argo bromo anggrek dari gambir - pasar turi seharga Rp 355.000/orang di tanggal 16 Agustus 2016 malam.

Jakarta

16 Agustus 2016

Sepulang dari kantor gw langsung cuss menuju rumah mertua, kami menyiap-nyiapkan barang bawaan kami, dan karena gw akan bermalam di kereta jadi lah gw sblm berangkat mandi bersih2 badan dulu, kemudian setelah solat magrib kami menuju kantor ibu di monas untuk kemudian makan malam bersama di bakmi GM Sarinah.

Setelah makan malam kami diantar menuju stasiun gambir. Kami langsung masuk ke peron dan menunggu dijemput oleh kereta kami yang akan membawa kami menuju petualangan seru menjelajah jawa timur.

Kereta kami datang menjemput pukul 21.15 WIB dan berangkat pukul 21.30 WIB. Ketika memasuki gerbong kereta gw agak kecewa sih. Karena gw membayangkan kereta eksekutif yang akan gw naiki ini akan sebagus dengan kereta eksekutif yang ada dalam memori masa kecil gw. Ternyata kok cuma kayak gini doank padahal kereta eksekutif.

Sisa waktu perjalanan kami di kereta kami putuskan dimanfaatkan untuk tidur menyongsong hari esok. Fyi AC di kereta eksekutif ini beku banget coy sampe menggigil.

17 Agustus 2016

Saat fajar tiba, gw dibangunkan oleh suara petugas kereta yang menawarkan minuman hangat, gw langsung membuka tirai dan melihat pemandangan di luar sana. Kami tiba di stasiun pasar turi pukul 06.30 WIB dan sudah dijemput oleh sepupu.

Karena perut sudah keroncongan akhirnya kami langsung mencari sarapan, tiba lah kami di rumah makan sate klopo ondemohen. Kayaknya sih rumah makan ini terkenal di surabaya karena jam segitu aja udah rame bangettttt, atau emang udah kebiasaan orang surabaya ya sarapannya sate hehehe..

Gw pesen 1 porsi sate campur. Campur di sini berarti ada yang isinya daging, kulit, atau jeroan. Rasanya sih enak, dan gw pesen pakai lontong, lontongnya sih terbilang sedikit bgt, cuma ada 6 potong wkwkwkwk.

Untuk porsi sate ber-4 kami merogoh kocek sebesar Rp 145rb. Setelah kenyang, kami langsung menuju rumah untuk istirahat.

Ga terasa ternyata sampe rumah, gw sama andri ketiduran, dan baru bangun sekitar jam 11. Lelah jg ya semalaman naik kereta.

Akhirnya kami bangun dan mandi bersiap2 untuk jalan-jalan ke pulau madura. Sesampainya di madura kami langsung menuju ke restoran nasi bebek madura yang tersohor, yaitu nasi bebek sinjay. Pas sampai, ruameeeenyaaa minta ampuuun deh boook!!!

Antrinya aja berkali2, mau pesen antri, mau bayar beda lagi antriannya, mau ngambil pesenan makanan antriannya beda lagi, mau ambil pesenan minuman juga beda lagi donk antriannya subhanalloh.

Tapi akhirnya kesampaian juga nyobain nasi bebek sinjay yang terkenal, tapi bagi gw sih gw masih lebih doyan bebek kaleyo :p.

Setelah kenyang, kami jalan2 keliling kota madura sambil browsing lokasi wisata apa yang kira2 sepadan untuk kami kunjungi. Didapatlah hasil googling bahwa ada bukit kapur arosbaya yang bagus bgt pemandangannya. Akhirnya kami bergegas ke sana, untuk akses menuju arosbaya sih terbilang susah ya.

Karena jalanannya harus melewati jalanan kecil yang hanya muat untuk 1 mobil. Sampai di sana, kami ditarikin duit sebesar 50rb untuk sekadar melihat2 bukit kapur yang menjadi icon arosbaya (lumayan komersil sih ya, masa liat gitu aja 50rb).

Puas berfoto2 di arosbaya, kami melanjutkan perjalanan ke bukit jeddih. Bukit jeddih ini juga sama2 bukit kapur sih, cuma bedanya di tengah2 bukit kapur tersebut ada seperti kolam hasil pengerukan batu kapur yang dibiarkan kemudian terkena hujan dan air hujannya tertampung di situ, menghasilkan warna air yang biru.

Setelah selesai bermain2 dan berfoto menikmati pemandangan di bukit jeddih, kami kemudian kembali ke surabaya untuk mencari kuliner malam. Di surabaya ini ada nasi goreng yang terkenal yang dijual di dalam hotel the plaza hotel, dulu sih namanya nasi goreng jancuk, tapi sekarang namanya sudah ganti sayangnya gw lupa nama barunya.

Kesan pertama gw makan nasi goreng ini, weeeekk ga enak, rasanya udah beda sama nasi goreng jancuk yang dulu. Kenyang makan nasi goreng, pulang lah kami untuk menyambut petualangan esok hari.

18 Agustus 2016

Jadwal keberangkatan kereta kami dari stasiun gubeng menuju stasiun karang asem banyuwangi adalah jam 22. Sehingga kami masih punya waktu untuk jalan2 dulu di surabaya.

Kami memutuskan untuk wisata kuliner ke soto ambengan cak har, sotonya seger dan enak, setelah makan soto kami lanjut ke monumen kapal selam, lalu jalan2 sebentar ke delta mall, beli jajanan pentol gila, kemudian kami bersiap2 untuk berangkat ke stasiun.

19 Agustus 2016

Pukul 04.00 WIB kami sudah diturunkan di stasiun karang asem, banyuwangi dengan muka bantal dan nahan kebelet. Dan gw langsung melahap bread talk setengah porsi. Di stasiun kami menunggu andri yang sedang mengambil mobil rental.

Setelah mobil datang, kami bergegas untuk mencari mushola terdekat. Selesai sholat subuh, kami keliling kota banyuwangi untuk mencari kuliner pagi dan tentunya mencari penginapan, karena kami belum booking penginapan sebelumnya.

Kami hopeless mencari kuliner pagi karena belum ada yang buka, tapi alhamdulillahnya kami ketemu hotel yang lumayan bagus dan juga murah, hanya Rp 150.000/kamar/malam, dan doorprize nya lagi kami diperbolehkan check in jam 6 pagi, alhamdulillah rejeki.

Sampai di kamar hotel kami beristirahat sejenak mengumpulkan sisa-sisa tenaga yang sudah tercecer. Setelah tenaga sudah terkumpul, badan sudah bersih, tapi perut masih keroncongan, akhirnya jam 11 kami hunting makanan, mengandalkan mbah google. Setelah google sana sini, akhirnya ketemu juga warung makan nasi tempong.

Beberapa kuliner khas banyuwangi diantaranya adalah nasi tempong, nasi cawuk, dan rujak soto. Sebetulnya masih banyak lagi tapi kami berhasil mencicipi ke-3 kuliner khas tersebut.

Nasi tempong ini terdiri dari nasi, daun bayam rebus, tahu, tempe, dan lalapan, tapi kita juga boleh menambah lauk yang kita suka seperti ikan tenggiri, tumis kikil, kerang, dll tak lupa juga pelengkap yang tidak boleh ketinggalan yaitu sambaaaaaall uleg. mantaaabbbb!!! Satu porsinya sekitar Rp 18rb bergantung dengan tambahan lauknya.

Setelah terpuaskan dengan nasi tempong yang nikmat, kami siap melanjutkan perjalanan ke Taman Nasional Baluran. Dari kota Banyuwangi menuju Taman Nasional Baluran terbilang cukup jauh, sekitar 1,5 jam perjalanan (46km).

Ketika memasuki kawasan taman nasional baluran kami diharuskan membayar tiket seharga Rp 15.000/orang. Kemudian kami memasuki taman nasional menggunakan mobil dengan jalanan yang tidak teraspal, kanan kiri disambut dengan pemandangan hutan belantara, excited banget rasanya.

Kami menengok ke kanan kiri bahkan ke atas berharap bisa beruntung melihat satwa yang tinggal di sana. Setelah menempuh sekitar 20 menit sampailah kami di savanah bekol. Hamparan rumput kering sudah siap menyapa kami. Kami langsung mencari spot foto terbaik. Angin kencang dan panasnya sengatan matahari tidak menyurutkan semangat kami untuk berfoto.

Kami melanjutkan perjalanan menggunakan mobil untuk menikmati pemandangan savanah dan menuju pantai bama. Sepanjang perjalanan kami menuju pantai bama kami disambut oleh monyet2 liar yang berharap diberi makanan. Kami berharap bisa bertemu dengan banteng, rusa, atau hewan liar apapun, namun sayang karena kami tiba pukul 12 siang cuaca lagi panas2nya hewan2 tersebut mencari tempat berteduh.

Akhirnya kami sampai di pantai bama. Menikmati suasana pantai yang tenang, duduk di pepohonan dan menikmati suara desir ombak membuat hati ini nyaman. Ga ada deh itu kerjaan di kantor yang terlintas sedikit pun di benak ini hahaha.

Setelah puas memandangi lautan, kami rasanya ingin minum es kelapa kurang rasanya kalau bersantai di pantai tanpa ada es kelapa yang menemani. Namun sayang, di warung tersebut ga ada es kelapa. Es kelapa ga ada, indomie pun jadi. Hehehe emang mureehhh sama makanan anaknya.

Ga terasa kami bersantai di pantai sudah lama, lihat jam ternyata sudah jam 4 sore. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke savanah bekol berharap hewan2 tersebut sudah keluar dari tempat berteduhnya.

Keluar dari pantai bama kami dihadang oleh ratusan monyet yang kelaparan, tapi kami dilarang memberikan makan monyet karena akan membuat mereka menjadi semakin agresif.

Sampai di area savanah alhamdulillah seperti dugaan kami, hewan2 yang kami nantikan sudah keluar dan sedang mencari makan. Kami berhasil melihat indahnya burung merak, rusa, kijang, dan kerbau. Selain itu, di perjalanan pulang kami juga berhasil melihat burung besar yang belum pernah gw lihat sebelumnya, gw pun juga tidak tahu nama burung tersebut.

Walaupun kami gagal dipertemukan dengan banteng, tapi kami senang sudah diberi kesempatan oleh Alloh untuk melihat ciptaanNya, savanah yang indah, dilatarbelakangi oleh gunung yang besar, dan dihuni oleh hewan2 yang indah.

Sampai di hotel, kami langsung bersiap2 menyiapkan baju berlapis2 dan juga bekal untuk menuju perjalanan yang sesungguhnya, yaitu kawah ijen!!!!!

Tapi sampe hotel kita malah tepar, tidur. Jam 9 malam lewat kamar kami digedor2, sepupu2 berusaha membangunkan kami yang terlelap tidur, karena kami harus berangkat menuju kawah ijen jam 22. Akhirnya kami buru2 siap2, gw sendiri pakai baju 5 lapis, pelajaran dari bromo cuma pake 2 lapis tapi tembus, akhirnya gw pake 5 lapis plus pasmina.

Jam 22 kami berangkat menuju paltuding, agak serem juga ya jalanan malem2 sendirian, sunyi sepi, sendiri. Dan jalanannya sempit, nanjak, dan berkelok. Gw zikir dan baca doa sepanjang jalan, bahkan ini mobil avanza sempet ga kuat nanjak, karena kemiringannya lumayan vertikal banget.

Duh jangan sampe ni mobil mogok di tengah hutan gelap2 ga ada penerangan jalan sama sekali, terpaksa kami matikan ac mobil supaya kuat nanjak, mana udara di luar dingin banget. Suasana jadi makin mencekam, gw zikir terus.

Akhirnya kami bertemu dengan 2 bapak2 yang menarik uang retribusi, ternyata dari pos si bapak tersebut masih jauh untuk sampai ke paltuding.

Ga lama kemudian ada bapak2 di pinggir jalan memberi aba2 menggunakan senter, ternyata untuk sampai ke paltuding kami harus belok kanan, tapi kami sempat kebablasan sedikit. Jam 11 malam kami sampai di paltuding.

Oh maigaaaatttt ini paltuding apa kutub utara???? Dingiiiiiiin bangeeetttt boooookkk!! 5 lapis aja tetep tembus. Walopun udah pake sarung tangan jg tetep beku tangannya.

Oh iya buat yang bingung. Jadi paltuding ini adalah titik 0 pendakian ke kawah ijen, jadi semua pendaki sebelum diizinkan untuk naik ke kawah ijen berkumpul di yang namanya paltuding ini. Jadi sebenarnya paltuding adalah semacam tempat berkumpul.

Ternyata untuk bisa naik ke kawah ijen baru diizinkan mulai jam 1 pagi, okee jadi kami harus nunggu 2 jam di paltuding. Selama menunggu, kami menyempatkan untuk ke toilet, makan supaya nanti kuat naiknya, tidur, lihat bintang, ngobrol dengan warga. Dan akhirnya kami diijinkan untuk naik ke kawah ijen.

20 Agustus 2016

Jalanan menuju kawah ijen dikelilingi dengan pemandangan yang cantik, walaupun tidak ada penerangan jalan sedikitpun, kami hanya mengandalkan satu buah senter dan cahaya bulan, tetapi terlihat sedikit siluet pohon2, gunung, dll.

Awal2 pendakian jalanannya masih terbilang landai, kami masih bisa bercanda, tertawa2, bahkan ngobrol dengan bapak2 yang berjalan bersama kami, ternyata si bapak ini adalah penambang belerang. Kami akhirnya berbincang. Bapak2 penambang belerang ini hebat banget, ini bukan perjalanan pertama di malam ini menuju kawah ijen untuk menambang belerang.

Sebelumnya beliau sudah jalan dari jam 9 malam dan sudah turun kembali ke paltuding dengan membawa belerang yang beratnya ratusan kilogram, dan harus naik ke kawah ijen lagi untuk menambang lagi. Dan ketika ditanya 1 kg belerang dihargai berapa? Dan ternyata 1kg belerang hanya dihargai sekitar Rp 1.000-2000. Sungguh miris sekaligus bersyukur mendengarnya.

Beliau2 ini tak patah semangat untuk mencari nafkah halal walaupun medan yang dilalui sangat berat, tetapi hasilnya hanya pas-pasan. Gw yang kerja di kantoran duduk di gedung ber-AC, kadang masih suka mengeluh, sungguh pelajaran hidup yang sangat berharga kalau ingat si bapak penambang belerang.😭😭

Saking asyiknya ngobrol, gw mulai merasakan napas gw semakin pendek dan mulai ngap2an, ternyata jalanannya sudah semakin nanjak dan sangat vertikal. Kami tergopoh2 untuk bisa jalan. Terkadang kami berhenti sejenak untuk sekedar mengambil napas dan mengistirahatkan kaki.

Jarak dari paltuding ke view point kawah ijen sekitar 3km, dengan medan yang berat seperti itu kira2 dapat ditempuh dalam waktu 2,5-3 jam. Kami sampai di pos pertama peristirahatan, beristirahat sejenak karena setelah ini medan pendakian semakin berat.

Benar saja belum apa2 saja, jalanan sudah nanjak terus. Ditambah semakin ke atas bau belerang semakin pekat, gw dan andri sampai ga bisa bernapas dan mata perih. Ternyata masker hijau saja tidak cukup untuk menghalau pekatnya bau belerang.

Untungnya di saat kami sudah megap2, kami bertemu dengan dek aning dan dek ratih yang lagi nawar2  rental masker oksigen. Langsung kita pakai dan lumayan bisa bernapas. Kami melanjutkan pendakian kami yang masih panjang, jalan berbatu, area longsor, dan hanya mengandalkan cahaya bulan.

Ketika sudah sampai di puncak kawah ijen, pemandangannya luar biasa walaupun kami masih tergopoh2 mengambil napas dan pencahayaan minim. Kami langsung menuju view point berharap bisa melihat blue fire yang hanya ada 2 di dunia.

Tapi ternyata gw harus kecewa karena jarak pandang dari view point ke blue fire masih sangat jauh sekali, dan kalau mau melihat blue fire dari jarak dekat kami harus turun lagi menyusuri jalan berbatu yang terjal dan mengerikan. Dan kaki saya sudah tidak sanggup.

Akhirnya kami memutuskan untuk berdiam diri di view point berharap bisa melihat sunset dan gw liat jam baru jam 3.30 pagi, dan udaranya super dingin walaupun udah lapis 5 tapi tetep aja rasanya beku dan mati rasa, gw cuma pelukan aja sama andri dan berharap waktu segera berlalu supaya bisa segera melihat sunset dan beranjak turun.

Tapi pas ngeliat jam kenapa baru jam  4pagi??? Sungguh ini adalah penantian sunset terlama dalam hidup, padahal rasanya udah mau mati beku. Akhirnya gw nyerah, gw bilang ke andri gw ga kuat bertahan sampe sunset. Akhirnya kami turun duluan ke paltuding.

Di perjalanan turun, gw membiarkan mata gw berputar mengelilingi puncak kawah ijen seakan tidak rela meninggalkannya sebelum matahari terbit, tapi apadaya gw lebih memilih untuk bertahan hidup daripada mati beku di puncak kawah ijen.

Perjalanan turun ternyata sama beratnya dengan pendakian. Karena lutut gw udah sering cidera jadinya udah agak lemah, apalagi turun dengan kemiringan vertikal membuat beban lutut gw bertambah berat, lutut gw sakit bgt gw ga sanggup jalan lagi rasanya.

Tapi andri selalu menyemangati gw sama halnya waktu gw menyemangati dia ketika pendakian. Karena gw sempat terjatuh, akhirnya kami berjalan menuruni gunung dengan bergandengan tangan.

Bahkan kami sempat disapa oleh bapak penambang yang bilang bahwa kami pasangan yang romantis hahaha. Di tengah perjalanan turun kami juga sempat membeli hasil kerajinan tangan dari belerang dengan harga seikhlasnya.

Tak terasa ternyata matahari semakin meninggi di kala bulan purnama masih terlihat. Pemandangannya indah sekali ga bisa gw deskripsikan dengan kata2, hanya bisa ditangkap dengan memory ini.

Sampai paltuding sekitar jam 6 pagi, dan suhu udara di paltuding ga kalah dinginnya dengan suhu udara di view point, sampai2 kalau kami ngomong keluar asap dari mulut.

Setelah semua berkumpul di mobil kami beranjak turun kembali ke banyuwangi, di perjalanan turun sempat terjadi accident. Jadi karena saking dinginnya suhu udara, kaca mobil kami berembun sekali, sampe udah dielap berkali2 masih ga keliatan.

Trs pas andri lg nyoba buat ngelap kaca, jalanan ga keliatan, harusnya belok ini dia masih lurus aja. Untung gw punya feeling klo jalanannya belok, gw lgsg teriak awas, andri lgsg banting stir tapi udah telat sih, mobil kita njeblos dan nyangkut, dan untungnya banyak yang bantuin. Gw deg2an dan mau nangis rasanya, karena nyaris banget, kalo mobil kami masih jalan lurus niscaya kami sudah jatuh ke jurang.

Sesampainya di hotel , badan dan terutama kaki terasa bgt pegal2nya. Karena ga biasa naik gunung ya begini jadinya. Padahal sebelum berangkat gw udah tiap hari latihan jalan nanjak, tp tetep aja merengkel semua otot kaki.

Di banyuwangi kami sempat mencoba rujak soto, sesuai namanya ya rujak dipakein kuah soto, tapi ternyata rasanya endeeeus bgt, gw pikir bakal aneh. Untuk dapat mencicipi rujak soto, kita cuma butuh mengeluarkan Rp10rb aja. Penduduk Banyuwangi baik2, walaupun tampilan kami sebagai turis sangat terlihat, tapi untuk harga2 kami ga ditembak.

Setelah mencicipi rujak soto, untuk membunuh waktu sambil menunggu kereta malam pulang ke surabaya, kami sempat melihat karnaval kota yang diselenggarakan di alun2, ternyata karnaval di sini meriah bgt. Setelah itu, kami ke pantai Boom sekedar bersantai dan duduk menikmati pemandangan. Dari pantai boom ini, kami bisa melihat pulau bali di sebrang mata.

Begitulah cerita trip ke surabaya-banyuwangi-taman nasional baluran-dan kawah ijen kami. Semoga bermanfaat dan semoga kami diberi rejeki dan kesempatan untuk menjelajah alam indonesia yang lainnya.


Kawah Ijen

Bukit Jeddih

Bukit Kapur Arosbaya

Taman Nasional Baluran





Alun-alun Kota Banyuwangi

Pantai Boom


Pantai Bama

Monumen Kapal Selam




Tidak ada komentar:

Posting Komentar